Selasa, 01 Mei 2012

Cerita Soal Dewasa

April 2012 baru saja berlalu, artinya empat bulan perjalanan hidup di tahun ini juga berlalu. Berlalunya cepat ya, di tahun ini usia saja akan mencapai 22 tahun. Terlintas dalam pikiran, apa saja sih yang sudah saya kerjakan sejauh ini, khususnya yang memberikan manfaat untuk orang lain? Waktu-waktu yang sudah berlalu mengajarkan saya untuk lebih dewasa, baik dalam iman, maupun dalam sikap dan tingkah laku. Waktu-waktu yang berlalu mengajarkan bahwa kita hidup bukan untuk diri sendiri saja, tapi untuk orang lain, terlebih untuk menyenangkan Dia yang kita percayai.

Kedewasaan bukan sesuatu yang diberikan bulat-bulat ketika usia kita mencapai angka yang lebih besar. Kedewasaan itu diperoleh dengan belajar dari setiap perjalanan hidup, baik yang menyenangkan atau yang dianggap menyedihkan. Kedewasaan itu sesuatu yang didapat dengan 'perjuangan'. Tadinya saya pikir saya sudah cukup dewasa, terutama semenjak saya tidak tinggal dengan orang tua lagi. Tapiii, semenjak memasuki dunia alumni saya dituntut untuk menjadi lebih dewasa dari yang saya pikirkan sebelumnya, entah itu dalam iman, pemikiran, dan tingkah laku. Setiap keputusan yang menyangkut hidup saya kini harus diputuskan sendiri, orang tua tidak lagi mengatur begini dan begitu, mereka hanya memperhatikan, menolong, dan memberi saran, tapi tanggung jawab itu sepenuhnya ada di tangan saya. Pertanyaannya, apakah saya siap? Wow, ternyata begitu 'dilepas', saya berjalan sempoyongan. Tidak mudah ya untuk menjadi dewasa, tapi bukan berarti tidak bisa.

Menjadi dewasa bukan berarti hidup menyendiri atau 'menjauhkan' diri dari orang tua dan keluarga. Justru saat kita bisa memikirkan mereka, menyediakan waktu untuk mereka, dan mengusahakan yang terbaik untuk mereka, saat itulah kita bisa termasuk dalam kategori 'dewasa'. Bagi saya dewasa adalah tahap kehidupan dimana saya tidak berfokus pada diri sendiri saja, tetapi memandang sekitar saya, mampu menerima dan menghadapi situasi yang tidak diharapkan, mampu menjadi 'tumpuan' orang lain, terutama orang-orang yang dikasihi, tahu kapan harus bersikap 'kekanakan' (tetaaap aja pengen bermanja-manja, hehe), mampu mendengar kritikan dan masukan, serta mampu memutuskan yang terbaik untuk dirinya dan orang lain. Uhm, kira-kira begitu definisi dewasa bagi saya, mungkin ada yang memberikan pendapat berbeda, tidak masalah, bisa jadi melengkapi:)

Untuk bisa mencapai kedewasaan yang tidak mudah dicapai itu, saya sadar sepenuhnya harus bergantung sama Tuhan. Dia yang memberi kemampuan, kekuatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam menjalani setiap kehidupan dan menentukan arah langkah kita (kalau mau dituntun). Artinya, dewasalah terlebih dahulu di dalam iman agar perjalan menjadi dewasa seutuhnya bisa ditempuh dengan baik. Saat saya percaya ada yang menuntun dan mampu mengendalikan segalanya, kekhawatiran dalam menghadapi perjalanan yang terjal menjadi berkurang dan kemudian hilang. Perasaan itu luar biasa. Menurut saya kedewasaan dalam iman menuntun saya untuk dewasa seutuhnya dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Jika tadi dewasa menurut saya adalah mau memandang sekitar, kemudian kembali pada pertanyaan di atas yang mengusik hati dan pikiran saya: apa saja sih yang sudah saya kerjakan sejauh ini, khususnya yang memberikan manfaat untuk orang lain? Banyak orang yang menginspirasi saya dalam hal ini, termasuk orang tua saya yang penuh kasih mengajarkan anak-anaknya untuk memandang sekitar juga. Papa mengajarkan kehidupan di luar kehidupan 'enak' yang saya jalani selama ini, mama mengajarkan saya memiliki kasih dan kesabaran, juga tidak berkeras hati terhadap hal lain. Intinya mereka sudah pasti menginspirasi saya dalam hal ini, begitu juga dengan abang-abang saya yang sudah saya perhatikan perjalanan hidupnya dari kecil sampai mencapai kedewasaan mereka. Di samping mereka, ada satu orang yang menginspirasi saya untuk lebih dewasa, termasuk memikirkan sesuatu yang dapat memberikan manfaat untuk orang lain. Dia menginspirasi saya melalui cerita tentang keinginannya menjadi pengusaha di bidang yang digelutinya. Dia bersemangat sekali dengan keinginannya itu. Dia memimpikan dapat memberi manfaat bagi orang lain, membantu orang-orang yang kurang mampu dan tidak memiliki pekerjaan. Rasa bangga yang luar biasa menyelimuti hati saat saya mendengar cerita-ceritanya. Namun, semenjak mendengar mimpinya, saya juga tersadar, bagaimana dengan mimpi saya? Saya memikirkannya dan sepertinya mulai mendapatkan jawabannya:)

Waktu-waktu ini berlalu dan saya terus berusaha mencapai titik dewasa. Mimpi-mimpi yang ada dibangun berdasarkan pemikiran yang lebih dewasa. Meskipun tidak bisa langsung sampai pada titik dewasa seutuhnya, tapi saya yakin saya akan mencapainya. Tuhan mengajarkan saya untuk bertahan dan menguatkan hati menghadapi setiap tahap kehidupan ini. Kalau begitu, baiklah, mari kemari, kita lanjutkan perjalanan menuju titik dewasa ini dengan hati yang teguh. Pada akhirnya satu keyakinan saya, tidak ada yang tidak bisa dilalui jika saya bersama Tuhan.