Jumat, 28 Juni 2013

Berjalan

Berjalan cepat menyusul pikiran yang melaju kencang
mengejar harapan yang tak kunjung tergapai
Pernah tersentuh tapi sirna ditelan waktu
meninggalkan tempat kosong dan bahu yang terkulai

berjalan cepat menyambut serangan udara
menebarkan senyum tipis beribu makna
berjuang menegakkan bahu, mengusir rasa
yang berjuang melambung ke celah-celah air mata

berjalan perlahan untuk menyapa
mengucap doa dengan lirihnya kata-kata
menyerahkan jiwa, pikiran, dan rasa
yang hanya mampu menerima semua.


-hidupi hidupmu-


Senin, 01 Oktober 2012

Cita-Citaku Setinggi Tanah

Kamu cita-citanya apa? Pengen jadi orang yang berguna? Itu sudah biasa... Cita-citamu setinggi apa? Setinggi langit? Itu juga sudah biasa... Si Agus punya cita-cita yang kata temannya "rendah tapi bikin susah", haha, tapi Agus dengan jujur menyatakan memang itulah cita-citanya. Cita-Cita Agus cuma setinggi tanah. Cerita cita-cita Agus dan teman-temannya ini ada dalam film "Cita-Citaku Setinggi Tanah" garapan sutradara Eugene Panji yang akan ditayangkan di bioskop mulai 11 Oktober 2012.

"Punya cita-cita yang tidak terdengar seperti cita-cita dan berjuang sepenuh hati untuk mewujudkannya, itu baru luar biasa. Cita-cita bukan cuma untuk ditulis saja, tapi untuk diwujudkan."
Kalimat yang bagus ini dapat kita petik dan kita lihat langsung dalam film Cita-Citaku Setinggi Tanah. Film yang sederhana namun memberi kesan dan pelajaran luar biasa. Sewaktu menonton preview nya, saya kembali dibawa menjelajahi impian dan cita-cita saya, serta usaha-usaha saya untuk mewujudkannya. Ya, benar, saya tersadar, cita-cita hanyalah tinggal cita-cita dalam angan yang tidak menjadi nyata bila tidak ada usaha untuk mewujudkannya. Di sinilah Agus sebagai tokoh utama dalam film memberi pelajaran berharga bagi penontonnya, bagaimana dia berjuang sepenuh hati mewujudkan cita-citanya yang dicap 'rendah' oleh temannya. Kebingungan dan keraguan sempat menyergap Agus ketika memikirkan cita-citanya, namun kepolosan dan kejujuran hatinya membuat Agus tidak bisa menutupi cita-cita tersebut.

Cita-Citaku Setinggi Tanah menurut saya berhasil memikat hati untuk kembali berusaha mewujudkan cita-cita. Film ini juga dapat memberikan pelajaran positif bagi anak-anak yang saat ini mungkin sedang berusaha menemukan cita-citanya sendiri. Film berdurasi kurang lebih 1,5 jam ini tidak hanya memberi inspirasi bagi anak-anak, tetapi juga mengingatkan orangtua untuk menjalankan peranannya dalam mendukung anak mengetahui, mengembangkan, serta mewujudkan cita-citanya. Siapa saja dapat menonton film ini karena nilai positif yang terkandung di dalamnya. Menontonnya bersama keluarga atau sahabat tentu akan lebih menyenangkan:-)

Tidak perlu ragu dengan kemampuan akting anak-anak dalam film ini. Meskipun mereka masih amatiran dan baru dalam dunia perfilman, namun kemampuan akting mereka sudah diasah selama setahun penuh di Yogyakarta. Semuanya dipersiapkan untuk memberikan hasil yang maksimal. Lucu, segar, penuh inspirasi, bijak, dan mencapai klimaks adalah gambaran yang dapat saya berikan mengenai film ini. Dengan menonton filmnya, kita dapat menggali kembali cita-cita kita, juga dapat membantu anak-anak yang sakit kanker untuk mencapai cita-citanya. Loh, kok bisa? Iya, dengan menonton Film Cita-Citaku Setinggi Tanah di bioskop, kita sudah memberikan donasi berupa uang tiket kita kepada Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia sebagai yayasan yang memberikan tempat tinggal selama masa pengobatan, memenuhi kebutuhan harian anak, memberikan pendidikan, dan memperjuangkan hak anak-anak yang sakit kanker agar bisa bermain dan belajar seperti anak-anak normal lainnya. Dengan kata lain, 100% hasil penjualan tiket Cita-Citaku Setinggi Tanah akan digunakan untuk membantu anak-anak yang sakit kanker melalui Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). (cek website yayasan di sini) (FB: Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia) (Twitter: @YKAKI_Indonesia)

Menonton sambil beramal? kenapa tidak? Wujudkan cita-cita kamu dan bantu anak-anak yang sakit kanker untuk mewujudkan cita-cita mereka! :-)

Lihat trailer Cita-Citaku Setinggi Tanah di sini

Rabu, 29 Agustus 2012

Adik

Senang rasanya punya adik. Itu yang ada di pikiranku dulu, dan sekarang juga. hehe... Tapi pasti ada susahnya juga, tinggal kita maunya menikmati kesenangannya atau kesusahannya. Tidak disangka, sekarang aku punya cukup banyak orang yang kuanggap sebagai adikku sendiri. Masalahnya adalah tinggal bagaimana aku mempraktikkan anggapan 'adik sendiri' ini ke dalam tindakan yang sebenarnya. Artinya, menyayangi adik-adik tersebut layaknya adik sendiri. Hmm, sebagai seorang kakak, apa yang biasanya kau lakukan kepada adikmu? Bagaimana sikapmu kepada adikmu?

Aku sendiri sampai sekarang tidak memiliki adik kandung, padahal dulu aku sangat mengharapkannya. Sewaktu kecil, saat aku masih duduk di bangku taman kanak-kanak hingga sekolah dasar, aku sering meminta adik kepada mamaku. Hahaha... Aku mau dedek bayi, yang bisa jadi saluran kasih sayangku, yang bisa aku cubit-cubit, aku cium-cium, aku peluk-peluk, bisa aku ajarin, jadi teman bermainku, teman jalan-jalan, dan bisa aku suruh-suruh, haha.. Bahkan itu masuk ke dalam doaku dulu. Ya, doa seorang anak kecil yang merindukan kehadiran seorang adik. Aku ga terlalu suka jadi anak paling kecil. Tapi itu hanyalah cerita dulu. Sekarang siapa sangka aku dikasih adik-adik, bukan adik yang sedarah daging, bukan satu ayah dan ibu, tapi yang terpenting adalah aku bisa menganggap dan memperlakukan mereka seperti adik yang sedarah daging denganku. 

Mungkin saja aku tidak dikasih adik kandung karena aku ingin diberi tanggung jawab untuk menyayangi adik-adik lainnya. Mungkin kalau dulu aku dikasih adik, aku akan fokus menyayangi adikku itu saja, tidak membagikan kasih sayang kepada adik-adik lainnya. Entahlah, itu hanya kemungkinan-kemungkinan yang aku karang sendiri di dalam pikiranku, hehe... Bagiku tidak lagi penting untuk memiliki adik kandung sekarang ini, yang penting adalah berusaha menyayangi dengan tulus semua adik-adik yang ada padaku saat ini. Adik kelompok kecil, adik sepupu, adik yayasan, adik teman, dan adik-adik lainnya. Menyayangi mereka mengajarkan dan mempersiapkan aku juga untuk menjadi orang tua kelak :-)
Bersyukurlah untuk adik-adik yang ada padamu, dan jadilah kakak yang baik bagi mereka. Bagaimana dengan kakak-kakak? masa cuma adik-adik? yaa intinya berlakulah yang sama. hee...


Cheers,
:-)