Rabu, 01 Agustus 2012

Kebetulan?

Mana yang kamu yakini, adanya suatu kebetulan atau kebetulan itu tidak pernah ada, semuanya sudah direncanakan Dia yang di 'atas'? Kalau saya meyakini bahwa semua yang terjadi itu sudah direncanakan olehNya, kadang terasa pahit tapi berbuah manis, dan ada juga yang memang manis dari awalnya. Yang pasti saya percaya Tuhan selalu punya rencana yang tidak pernah 'membosankan'. Walaupun saya meyakini itu, tapi tetap saja saya sering menggunakan kata 'kebetulan' dalam percakapan sehari-hari, hehe... Ya begitulah yaa, mau bagaimana :D. Berkaitan dengan 'kebetulan' ini saya ada cerita kecil yang cukup menarik.

Elisa yang bekerja membagikan informasi mengenai kegiatan sosial dan menawarkan orang-orang untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial merasa bersemangat sekali memulai harinya pagi itu. Hari yang cerah itu adalah hari ketiganya ditugaskan ke luar kota. Dia masih pegawai baru disana dan sudah dipercaya untuk menjalankan tugas ke luar kota dengan kemampuannya yang tergolong minim di antara pegawai lainnya. Ya bisa dibilang itu suatu kebanggaan tersendiri baginya. Elisa bertekad hari itu dia harus membagikan informasi kepada sebanyak-banyaknya orang yang berlalu lalang di depannya, dan kalau Tuhan berkenan, dia juga berharap bisa mendapatkan donatur. Dua hari lalu dia belum mendapatkan donatur sama sekali, padahal rekan kerjanya sudah mendapatkan cukup banyak donatur. Tapi dia tidak mau terlalu fokus kesana, baginya yang penting adalah evaluasi diri dan lakukan yang terbaik. Waktu terus berjalan, pagi berganti siang, siang berganti sore. Elisa mulai kelelahan, kepercayaan diri mulai berkurang setelah berkali-kali mendapat penolakan oleh orang-orang yang berlalu lalang. Jangankan menjadi donatur, untuk berhenti dan mendengarkan penjelasan saja banyak orang yang enggan. Semangat Elisa terjun bebas ke posisi terbawah. Dia belum benar-benar terbiasa dengan pekerjaan ini, dan sebenarnya dia pun sedang merasa mood-nya tidak benar-benar baik.

Kembali sedikit ke belakang, mengintip kisah Elisa sebelumnya yang membuat mood-nya tidak benar-benar baik. Elisa baru saja putus dari pacarnya. 'Baru' ini sebenarnya sudah beberapa bulan, tetapi masih cukup mempengaruhinya. Saat resah mulai mengganggu, Elisa selalu berusaha menenangkan diri agar tidak terpengaruh, tetapi hari itu dia merasa rindu menyergap hatinya. Rindu yang hanya bisa disimpannya sendiri. Untuk menghubungi saja dia tidak lagi berani. Intinya, dia tidak berdaya. Di tengah ketidakberdayaan itu Elisa terus menuntut dirinya untuk semangat, semangat, dan semangat. Itu memang harus dilakukannya bukan? Tapi hari itu Elisa sampai pada keresahan terdalamnya. Elisa memutuskan untuk istirahat sejenak. Saat istirahat dia berdoa dalam hati dan air mata mengalir mengiringi doanya. "Tuhan, aku hanya ingin bekerja sebaik mungkin hari ini, membantu orang-orang yang membutuhkan. Tetapi semangatku hilang, perasaanku kacau. Aku merindukan orang yang bersamaku dulu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tuhan, bantulah aku, tolonglah aku Tuhan. Aku ingin memberikan yang terbaik bagiMu." Setelah itu Elisa menarik nafas dalam-dalam, menyantap sedikit makanan untuk mengisi perutnya, dan mulai melanjutkan pekerjaannya. Perasaannya membaik, semangatnya kembali naik, tetapi tidak terlalu banyak karena tubuhnya pun cukup lelah setelah berdiri dan mondar-mandir menyapa setiap orang selama setengah hari.

Jam terus berdetak, tidak mau menunggu, entah Elisa siap atau tidak. Sore berganti malam, tetapi belum mencapai pukul 10 malam, waktu dimana Elisa selesai bekerja. Elisa mengisi pikirannya dengan motivasi yang positif agar tidak kembali down. Tubuhnya semakin lelah, kakinya kebas, punggungnya terasa kaku, senyumnya yang lebar mulai mengecil, dan di sela-sela nafasnya yang teratur Elisa juga menarik nafas panjang-panjang, berusaha melegakan hatinya kembali. Di dalam hati dia berbicara pada Tuhan, "Tuhan, tolonglah aku." dan Tuhan menolongnya. Elisa menarik nafas panjang sekali lagi dan mengambil langkah kecil, lalu menyapa seorang pria berusia hampir 40 tahun yang menggunakan kemeja berwarna biru tua. Sapaan itu disambut. Pria itu menghentikan langkahnya yang terlihat buru-buru dan menjawab Elisa, "Iya?". Elisa mulai berbicara, membagikan info singkat mengenai dirinya dan menanyakan nama pria tersebut. Elisa terkejut mendengar namanya, sama dengan nama mantan kekasih yang beberapa jam belakangan ini mengusik hatinya. Seketika itu juga Elisa merasa lebih 'segar'. Dia membagikan informasi dengan cepat dan singkat kepada pria yang ternyata memang sedang terburu-buru tersebut. Saat ditawarkan untuk ikut berdonasi, tanpa panjang lebar pria tersebut menyetujuinya, memilih donasi yang terbesar, tidak banyak berkomentar dan sangat ramah. Elisa menemukan malaikat bernama "Bram" malam itu, nama yang masih tersimpan di dalam hati dan pikirannya. Nama orang yang dikasihinya. Elisa tersenyum dan menarik nafas lega. "Terima kasih Tuhan untuk "malaikat" yang Kau kirimkan malam ini di tengah kelelahan dan keresahanku," ujarnya dalam hati. Elisa pun melanjutkan pekerjaannya dengan lebih tenang dan semangat.

Apakah kisah Elisa itu suatu kebetulan? Bagi saya itu adalah rencana Tuhan. Menurut kamu bagaimana? Selamat menikmati rencana-rencana Tuhan dalam hidup kita, entah itu terasa pahit atau manis, tapi pasti ada tujuan tersendiri di dalamnya. Semoga kita bisa selalu percaya rencanaNya adalah yang terindah dan terus bersyukur sama Tuhan:-)

Cheers,
:')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar